Senin, 06 Agustus 2012

“STRUKTUR dengan SOBEKAN BERULANG VETIKAL”



“STRUKTUR dengan SOBEKAN BERULANG VETIKAL”
Dalam Pameran Lukis dan Patung Jawa Tengah 2006
5 - 12 JUNI - 2006
Di Galeri Seni Rupa Taman Budaya Jawa Tengah (TBS)
Jl Ir. Sutami 57 Kentingan Surakarta
 

PENGANTAR KARYA SENI
Oleh :

DRS. AGUS NUR SETYAWAN, M. HUM.
NIP: 195603121987031001
 

JURUSAN SENI RUPA MURNI
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2006


KATA PENGANTAR
 
          Tulisan Pengantar Karya Seni ini dibuat sebagai pertanggung-jawaban akademis penulis sebagai staf pengajar untuk ikut berperan serta aktif dalam pengembangan keprofesian penulis maupun pengembangan pendidikan di Jurusan Seni Rupa Murni, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.  Adapun karya seni dengan judul:
 STRUKTUR dengan SOBEKAN BERULANG VERTIKAL”, Karya  penulis telah dipublikasikan dalam Pameran Lukis dan Patung Jawa Tengah, Di  Galeri Seni Rupa Taman Budaya Jawa Tengah (TBS), Jl Ir. Sutami 57 Kentingan  Surakarta Tanggal :   5 - 12 JUNI – 2006.
          Terima kasih kepada tim pakar jurusan seni rupa murni (peer reviewer) yang telah memeriksa dan melakukan verifikasi, demikian pula kepada semua pihak yang telah membantu  penulis dalam keterlibatannya pada pelaksanaan pameran tersebut.
.

Surakarta, 12 JUNI – 2006
                                                                 Pelaksana
DRS. AGUS NUR SETYAWAN, M. HUM.
NIP: 195603121987031001


 
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang Masalah.
Seri ketiga dari gagasan penciptaan yang bertitik tolak dari bahan lembaran, berupa panggabungan dua bilah lembaran yan dikomposisikan sejajar dalam konfigurasi berdiri. Perulangan dari hasil irisan bahan yang  kemudian dilipat, dikonstruksi secara cermat sehingga membentuk perulangan yang menghasilkan citra irama tertentu. Motiv penciptaan dengan landasan pemikiran pemecahan bahan yang minimalis ini, sesungguhnya tak habis menyajikan tantangan. Hanya keberhasilannya sanhat dipengaruhi oleh serangkaian percobaan dan eksperimentasi irisan yang melahirkan bentuk sobekan itu. berangkat dari pemikiran itulah, maka penciptaan karya seni patung dalam serial komposisi sonbekan masih akan terus berlanjut, sejauh misteri kebentukannya masih menyajikan tantangan kreatif penulis.
Secara struktural, aspek kebentukan yang diangkat tidak bisa dilepaskan dari keterikatannya dengan karateristik bahan yang bisa dipakai. Dan sejauh komposisi sobekan masih mampu menyajikan misterinya, maka selama itu penciptaan dengan pendekatan semacam masih akan terus dilakukan. Dalam hal ini, sesuai dengan ide dasarnya, maka sudah barnagtentu karya yang hadir sangat sesuai bagi patung ruang luar (outdoor sculpture).
B.   Rumusan Masalah.
1.   Bagaimana merumuskan tema struktur sebagai gagasan penciptaan karya patung berjudul “Komposisi dengan Sobekan Berulang Vertikal”?
2.   Bagaimana mendeskripsikan visualitas/perwujudan karya patung “Komposisi dengan Sobekan Berulang Vertikal”?
C.   Tujuan Penulisan.
1.   Merumuskan gagasan penciptaan tema struktur ke dalam karya patung berjudul “Komposisi dengan Sobekan Berulang Vertikal”.
2.   Mendeskripsikan implementasi tema struktur dalam visualitas/ perwujudan karya patung berjudul “Komposisi dengan Sobekan Berulang Vertikal”.
D.  Gagasan Penciptaan (Implementasi Teoritis).
Secara konvensional, seni patung didefinisikan sebagai perwujudan atau ungkapan ekspresi estetis dalam bentuk tiga dimensional. Sedangkan sebuah gejala visualitas dapat dikatakan tiga dimensi apabila kehadiran bentuknya memiliki skala panjang, lebar dan tinggi.  Adapun karakteristik dari bentuk yang berskala panjang, lebar dan tinggi adalah keberadaan ruang yang nyata adanya. Realitas kedalamann ruang itu memungkinkan penghayat untuk mengelilingi karya secara memutar penuh 3600.
Auguste Rodin, seorang pematung kelahiran Perancis yang disebut sebagai bapak seni patung moderen, menyatakan bahwa keindahan hakiki sebuah karya seni patung pada dasarnya adalah komposisi dari kecekungan dan kecembungan semata (Hale, 1972). Dalam bahasa teknis seni rupa, apa yang disebut kecembungan adalah ruang bervolume yang memiliki kepejalan massa (masif atau padat), disebut sebagai ruang positif. Sebaliknya, kecekungan sebagai ruang yang tidak bervolume, alias kosong atau hampa disebut sebagai ruang negatif.
Bertitik tolak dari pemahaman di atas, kehadiran sebuah lembaran plat logam yang dua dimensional itu, dalam pandangan penulis menyajikan sebuah tantangan kreatif, yang mendorong penulis untuk mampu memecahkan problem estetis dengan mewujudkannya menjadi sebuah karya seni patung (tiga dimensi) dengan tanpa menambah atau mengurangi bahan dasarnya. Dan berdasarkan serangkaian percobaan dan studi yang penulis lakukan, tantangan itu bisa dijawab dengan hanya melakukan tindakan; mengiris bahan dasar (plat logamnya) untuk kemudian membuat tekukan hasil irisan itu. Adapun estetika karya dari serial bahan lembaran ini disajikan melalui upaya penulis dalam menyajikan karakteristik pola irisan dan tekukannya, sehingga masing-masing karya memilikim keunikan dan kekhasannya sendiri-sendiri.
Sejalan dengan pemikiran di atas, karya patung berjudul “Komposisi dengan Sobekan Berulang Vertikal” estetikanya dibangun berdasarkan perpaduan komposisi yang terjadi sebagai jalinan struktural dari pola irisannya, di mana ketika irisan dibuat tekukan akan menghasilkan ruang positif, dan  sekaligus ruang negatif sebagai sisa tekukan. Perpaduan sruktural antara ruang positif dan ruang negatif inilah yang dikelola berdasarkan dua bilah bahan dasarnya, yang kemudian disatukan dengan cara disejajarkan penyajiannya di atas alas.
 
E.   Deskripsi Karya patung “Struktur  dengan Sobekan Berulang Vertikal”.
          Karya berjudul “komposisi dengan Sobekan Berulang Vertikal” merupakan salah satu dari rangkaian serial karya dengan pendekatan eksplorasi bahan dasar lembaran (dua dimensional) berupa plat baja yang kemudian dieksplorasi kedalaman-ruangnya dengan cara membuat sejumlah irisan dan tekukan atau lipatan. Keunikan karya ini dibangun berdasarkan komposisi dari interaksi antara tekukan dari ruang positif, yang kemudian menghasilkan ruang negatif sebagai sisa dari irisan lembaran.
          Dalam prakteknya, eksekusi karya didasarkan pada sketsa karya yang telah disiapkan, dan hasil sketsa dibuat  berdasarkan sejumlah  percobaan komposisi. Mula-mula komposisi karya dicari dengan melakukan serangkaian percobaan, dengan jalan menggunting, mengiris, dan melipat. Percobaan dilakukan berulang-ulang untuk mendapatkan bentuk ideal yang diinginkan. Komposisi yang dipilih kemudian direalisasi dengan menggunakan bahan permanen berupa plat baja berukuran tebal 3 mm. Dalam proses penggarapannya, pekerjaan membuat sobekan, tekukan hingga mendapatkan bentuk yang diinginkan dan pengecatan dilakukan oleh jasa bengkel las, di bawah arahan penulis sebagai kreator.
Karya ini digagas sebagai karya ruang luar  (outdoor sculpture), sehinga pemilihan bahan sengaja dijatuhkan pada plat baja. Cara penyajiannya dibantu dengan sebuah alas sehingga karya patung tampil dengan anggun mantab. Sedangkan pewarnaan dipilih warna komplemen, atau yang bersebarangan berdasarkan skema warna Brewster (Encyclopaedia Encarta, 1999).
Untuk lebih mengekspose karya, peyajian dilakukan dengan cara meletakkan karya di atas sebuah alas pejal/masif dengan ketinggian satu-setengah sampai dua kali tinggi karya patung (dalam contoh gambar alas tidak disertakan). Sedangkan lokasi penempatan patung adalah di luar ruang, atau ruang terbuka (outdoor sculpture).

Daftar Bacaan.
Encyclopaedia Encarta, 1999. (CD. Rom)
Feldman, Edmund Burke. Varieties of Visual Experience. Basic Edition. New           York: Harry N. Abrams Inc. Basic Edition. 1967.
 Hale, William Harlan. The World of Rodin 1840-1917. Nederland.    Time-Life International. 1972.

 

“Komposisi dengan Sobekan Berulang Vertikal”,  68 X 58 X 60 cm. Plat baja dicat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar