“BERMAIN
LAYANGAN”
DALAM
PAMERAN KELOMPOK PARUPA ALUMNI UNS
JURUSAN
SENI RUPA MURNI FSSR-UNS
8
– 12 September 2004
Di
Galeri Seni Rupa Taman Budaya Jawa Tengah (TBS)
Jl
Ir. Sutami 57 Kentingan Surakarta
PENGANTAR
KARYA SENI
Oleh
:
DRS. AGUS NUR
SETYAWAN, M. HUM.
NIP:
195603121987031001
JURUSAN
SENI RUPA MURNI
FAKULTAS
SASTRA DAN SENI RUPA
DEPARTEMEN
PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS
SEBELAS MARET
SURAKARTA
2004
KATA
PENGANTAR
Tulisan Pengantar Karya Seni ini dibuat sebagai pertanggung-jawaban
akademis penulis sebagai staf pengajar untuk ikut berperan serta aktif dalam
pengembangan keprofesian penulis maupun pengembangan pendidikan di Jurusan Seni
Rupa Murni, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret,
Surakarta. Adapun karya seni dengan judul:
“BERMAIN LAYANGAN”, Karya Drs. Agus Nur Setyawan, M. Hum., telah
dipubli-kasikan dalam Pameran seni rupa Kelompok Perupa Alumni UNS, Jurusan
Seni Rupa Murni FSSR- UNS, di Galeri Seni Rupa Taman Budaya Jawa Tengah
(TBS) Jl Ir. Sutami 57
Kentingan, Surakarta, Tanggal : 8 – 12 September 2004.
Terima
kasih kepada tim pakar jurusan seni rupa murni (perr reviewer) yang telah memeriksa dan melakukan verifikasi,
demikian pula kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam keterlibatannya pada Pameran
tersebut.
Surakarta, 14 Nopember 2004
Pelaksana
DRS. AGUS NUR SETYAWAN, M. HUM.
NIP: 195603121987031001
Gagasan
Estetis Tema Struktur Dan Implementasinya
Dalam
Karya Seni lukis “BERMAIN
LAYANGAN”
A. Latar Belakang Masalah.
Seiring dengan berkembanganya perekonomian bangsa, diimbuh pertambahan
penduduk yang berjalan secara nyaris paralel, semakin meningkat pula kebutuhan akan
pemukiman. Kebijakan perlunya diperluas wilayah pemukiman bagi warga mutlak adanhya.
Sebagai konsekuensi yang tak terhindarkan, wilayah dan lahan yang semula
merupakan area produktif berupa tanah persawah, akhirnya berubah fungsi dan
peruntukannya menjadi tempat pemukiman. tidak terkecuali tanah-tanah lapang
tempat di mana anak-anak bisa bebas bermain; berinteraksi dengan bermain bola
misalnya, kini juga tergusur keberadaannya. Dan bersamaan dengan itu, tidak
saja ruang publik, ruang-ruang personalpun ikut menyempit ditunjukkan dengan gejala
maraknya tipe-tipe rumah sangat sederhana, yang hanya menyediakan satu ruang
serba guna dan sebuah ruang tidur dalam sebuah rumah hunian bertipe 21.
Fenomena sebagaimana digambarkan di atas merupakan situasi kenyataan
pahit yang harus kita hadapi, dan tak terhindarkan. Realitas ini tentunya
menjadi bagian integral dari sebuah struktur hidup kita yang tak bisa
dipungkiri, dan padas sisi lain memnyembulkan makna pesan mendalam yang
mengilhami penulis untuk menyampaikan keprihatinan secara tak langsung.
Dalam pengungkapannya, nilai simbolis keprihatinan diwujudkan melalui
penggambaran sosok bocah yang bermain layangan tidak di tanah lapang, tetapi di
perumahan yang gersang dan tidak berpohon. Realitas yang ingin disampaikan
adalah kenyataan kehidupan anak yang kesepian dalam balutan garis-garis
sederhana dengan pewarnaan unsur tanah yaitu coklat kemerahan.
B.
Rumusan Masalah.
1.
Bagaimana
merumuskan tema struktur sebagai gagasan penciptaan karya lukis berjudul “Bermain Layangan”?
2.
Bagaimana
mendeskripsikan visualitas/perwujudan karya lukis “Bermain Layangan”?
C.
Tujuan Penulisan.
1.
Merumuskan
gagasan penciptaan tema struktur ke dalam karya lukis berjudul “Bermain Layangan”.
2.
Mendeskripsikan
implementasi tema struktur dalam visualitas/ perwujudan karya lukis berjudul “Bermain Layangan”.
D. Gagasan
Penciptaan (Implementasi Teoritis).
Dalam
kehidupan sehari-hari, kita mengenal aneka permainan anak, terutama yang pernah
kita alami pada masa kecil. Salah satu bentuk permainan yang selalu menghiasi
kehidupan anak hingga saat ini adalah bermain layang-layang. Pada umumnya
bermain layang-layang dilakukan pada musim kemarau. Hal itu tentu terkait
dengan cuaca, dimana pada musim kemarau cuaca sehari-hari diliputi langit yang
cerah, dengan awan yang tipis, dan relatif tidak ada hujang yang turun. Kondisi
ini tentu sangat ideal untuk bermain layangan, yakni mengunggah sebentuk kertas
yang membungkus rangka bambu ke langit, dan dikendalikan dengan seutas benang. Dibutuhkan tanah yang cukup
lapang untuk dapat memainkan layangan, karena kadang-kadang seorang anak harus
melakukan gerakan (manuver) untuk
bisa menguasai layangannya. Terkait dengan karakter permainan ini, maka sawah
yang habis dipanen, menjadi tempat ideal bagi anak-anak untuk memainkan
layangannya, selain tanah lapang
berumput.
Dari
uraian di atas, menunjukkan
bahwa bermain layangan memiliki karakteristik dan tempat yang spesifik agar
seseorang dapat leluasa melakukannya. Dengan kata lain, dikaitkan dengan tema
struktur dalam konteks bahasan ini, dapat dikatakan terdapat suatu struktur
yang mempertautkan bagian-bagian dan unsur bermain layangan, yang membentuk
totalitas kesatuan dan melahirkan suatu sistem yang memungkinkan
dilaksanakannya permainan ini. Dalam masyarakat moderen dimana laju pertambahan
penduduk semakin tinggi, diikuti dengan meningkatnya kebutuhan akan hunian,
ditandai dengan semakin tergusurnya area persawahan dengan dialihkannya fungsi
produktif menjadi area hunian dengan fungsi huniannya. Kondisi ini “memaksa”
seorang anak harus pandai-pandai menyesuaikan diri untuk dapat melakukan
kesenangannya bermain
layangan, di antara himpitan gedung-gedung dan bangunan-bangunan perumahan.
E. Deskripsi (implementasi
visual) Karya
lukis
“BERMAIN LAYANGAN”
Perumahan sebagai setting
sosok anak yang bermain layangan merupakan implementasi dari gagasan tentang
fenomena ketergusuran lahan produktif (rice
estate), yang berubah wajah menjadi perumahan pemukiman (real
estate). Sebagai konsekuensinya, anak-anak yang menjadi harapan generasi
baru, tidak lagi mendapatkan tempat bermain yang memadai bagi saluran enerji
agresifitasnya secara positif, di temapt-tempat yang memadai sekaligus
menantang. Akan tetapi sebaliknya area yang seharusnya menjadi tantangan telah
berubah wajah menjadi kungkungan dan keterhimpitan. Apa yang kita lihat
kemudian adalah citra atau gambaran kehidupan yang aneh, karena tidak
semestinya, dan itu menjadi bagian dari keseharian kita kini. Nilai keprihatian
itu digambarkan melalui garis-garis sederhana dalam warna pucat coklat yang
cenderung menyajikan kekusaman alih-alih kesegaran hijaunya lapangan berumput.
Lukisan bermain layangan ditampilkan dengan format
dominan unsur garis atau kontur dengan pewarnaan latar putih untuk
menghadirkan kesan kontras, meski tidak dalam kontras yang sangat tinggi
(hitam-putih), sebagai gambaran tema karya yang disampaikan. Dalam
perwujudannya dibubuhkan tekstur kasar pada permukaan kanvas untuk menopang
visualisasinya. Sedang cara penggambarannya
memilih ungkapan sederhana dengan mengekplorasi garis sebagai unsur
dominan dalam pengungkapan gagasan, yang sengaja ditampilkan dalam nuansa
sederhana.
“Bermain Layangan”, 60 X 60 Cm, cat minyak di atas
kanvas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar