Jumat, 03 Agustus 2012

“BERMAIN LAYANGAN”



“BERMAIN LAYANGAN”
DALAM PAMERAN KELOMPOK PARUPA ALUMNI UNS  
JURUSAN SENI RUPA MURNI FSSR-UNS
8 – 12 September 2004
Di Galeri Seni Rupa Taman Budaya Jawa Tengah (TBS)
Jl Ir. Sutami 57 Kentingan Surakarta


PENGANTAR KARYA SENI
Oleh :

DRS. AGUS NUR SETYAWAN, M. HUM.
NIP: 195603121987031001


JURUSAN SENI RUPA MURNI
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2004


KATA PENGANTAR

Tulisan Pengantar Karya Seni ini dibuat sebagai pertanggung-jawaban akademis penulis sebagai staf pengajar untuk ikut berperan serta aktif dalam pengembangan keprofesian penulis maupun pengembangan pendidikan di Jurusan Seni Rupa Murni, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.  Adapun karya seni dengan judul:
BERMAIN LAYANGAN”, Karya   Drs. Agus Nur Setyawan, M. Hum., telah dipubli-kasikan dalam Pameran seni rupa Kelompok Perupa Alumni UNS, Jurusan Seni Rupa Murni FSSR- UNS, di  Galeri Seni Rupa Taman Budaya Jawa Tengah (TBS) Jl Ir. Sutami 57 Kentingan,  Surakarta, Tanggal : 8 – 12 September 2004.     
          Terima kasih kepada tim pakar jurusan seni rupa murni (perr reviewer) yang telah memeriksa dan melakukan verifikasi, demikian pula kepada semua pihak yang telah membantu  penulis dalam keterlibatannya pada Pameran tersebut.
Surakarta, 14 Nopember 2004
                                                                                Pelaksana




                                                    DRS. AGUS NUR SETYAWAN, M. HUM.
NIP: 195603121987031001



Gagasan Estetis Tema Struktur Dan Implementasinya
Dalam Karya Seni lukisBERMAIN LAYANGAN

A.   Latar Belakang Masalah.
Seiring dengan berkembanganya perekonomian bangsa, diimbuh pertambahan penduduk yang berjalan secara nyaris paralel, semakin meningkat pula kebutuhan akan pemukiman. Kebijakan perlunya diperluas wilayah pemukiman bagi warga mutlak adanhya. Sebagai konsekuensi yang tak terhindarkan, wilayah dan lahan yang semula merupakan area produktif berupa tanah persawah, akhirnya berubah fungsi dan peruntukannya menjadi tempat pemukiman. tidak terkecuali tanah-tanah lapang tempat di mana anak-anak bisa bebas bermain; berinteraksi dengan bermain bola misalnya, kini juga tergusur keberadaannya. Dan bersamaan dengan itu, tidak saja ruang publik, ruang-ruang personalpun ikut menyempit ditunjukkan dengan gejala maraknya tipe-tipe rumah sangat sederhana, yang hanya menyediakan satu ruang serba guna dan sebuah ruang tidur dalam sebuah rumah hunian bertipe 21.
Fenomena sebagaimana digambarkan di atas merupakan situasi kenyataan pahit yang harus kita hadapi, dan tak terhindarkan. Realitas ini tentunya menjadi bagian integral dari sebuah struktur hidup kita yang tak bisa dipungkiri, dan padas sisi lain memnyembulkan makna pesan mendalam yang mengilhami penulis untuk menyampaikan keprihatinan secara tak langsung.
Dalam pengungkapannya, nilai simbolis keprihatinan diwujudkan melalui penggambaran sosok bocah yang bermain layangan tidak di tanah lapang, tetapi di perumahan yang gersang dan tidak berpohon. Realitas yang ingin disampaikan adalah kenyataan kehidupan anak yang kesepian dalam balutan garis-garis sederhana dengan pewarnaan unsur tanah yaitu coklat kemerahan.
B.   Rumusan Masalah.
1.   Bagaimana merumuskan tema struktur sebagai gagasan penciptaan karya lukis berjudul “Bermain Layangan”?
2.   Bagaimana mendeskripsikan visualitas/perwujudan karya lukis “Bermain Layangan”?
C.   Tujuan Penulisan.
1.   Merumuskan gagasan penciptaan tema struktur ke dalam karya lukis berjudul “Bermain Layangan”.
2.   Mendeskripsikan implementasi tema struktur dalam visualitas/ perwujudan karya lukis berjudul “Bermain Layangan”.

D.  Gagasan Penciptaan (Implementasi Teoritis).
Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal aneka permainan anak, terutama yang pernah kita alami pada masa kecil. Salah satu bentuk permainan yang selalu menghiasi kehidupan anak hingga saat ini adalah bermain layang-layang. Pada umumnya bermain layang-layang dilakukan pada musim kemarau. Hal itu tentu terkait dengan cuaca, dimana pada musim kemarau cuaca sehari-hari diliputi langit yang cerah, dengan awan yang tipis, dan relatif tidak ada hujang yang turun. Kondisi ini tentu sangat ideal untuk bermain layangan, yakni mengunggah sebentuk kertas yang membungkus rangka bambu ke langit, dan dikendalikan dengan  seutas benang. Dibutuhkan tanah yang cukup lapang untuk dapat memainkan layangan, karena kadang-kadang seorang anak harus melakukan gerakan (manuver) untuk bisa menguasai layangannya. Terkait dengan karakter permainan ini, maka sawah yang habis dipanen, menjadi tempat ideal bagi anak-anak untuk memainkan layangannya, selain tanah lapang berumput.
Dari uraian di atas, menunjukkan bahwa bermain layangan memiliki karakteristik dan tempat yang spesifik agar seseorang dapat leluasa melakukannya. Dengan kata lain, dikaitkan dengan tema struktur dalam konteks bahasan ini, dapat dikatakan terdapat suatu struktur yang mempertautkan bagian-bagian dan unsur bermain layangan, yang membentuk totalitas kesatuan dan melahirkan suatu sistem yang memungkinkan dilaksanakannya permainan ini. Dalam masyarakat moderen dimana laju pertambahan penduduk semakin tinggi, diikuti dengan meningkatnya kebutuhan akan hunian, ditandai dengan semakin tergusurnya area persawahan dengan dialihkannya fungsi produktif menjadi area hunian dengan fungsi huniannya. Kondisi ini “memaksa” seorang anak harus pandai-pandai menyesuaikan diri untuk dapat melakukan kesenangannya bermain layangan, di antara himpitan gedung-gedung dan bangunan-bangunan perumahan.

E.   Deskripsi (implementasi visual) Karya lukisBERMAIN LAYANGAN
Perumahan sebagai setting sosok anak yang bermain layangan merupakan implementasi dari gagasan tentang fenomena ketergusuran lahan produktif (rice estate), yang berubah wajah menjadi perumahan pemukiman  (real estate). Sebagai konsekuensinya, anak-anak yang menjadi harapan generasi baru, tidak lagi mendapatkan tempat bermain yang memadai bagi saluran enerji agresifitasnya secara positif, di temapt-tempat yang memadai sekaligus menantang. Akan tetapi sebaliknya area yang seharusnya menjadi tantangan telah berubah wajah menjadi kungkungan dan keterhimpitan. Apa yang kita lihat kemudian adalah citra atau gambaran kehidupan yang aneh, karena tidak semestinya, dan itu menjadi bagian dari keseharian kita kini. Nilai keprihatian itu digambarkan melalui garis-garis sederhana dalam warna pucat coklat yang cenderung menyajikan kekusaman alih-alih kesegaran hijaunya lapangan berumput.
Lukisan bermain layangan ditampilkan dengan format dominan unsur garis  atau kontur dengan pewarnaan latar putih untuk menghadirkan kesan kontras, meski tidak dalam kontras yang sangat tinggi (hitam-putih), sebagai gambaran tema karya yang disampaikan. Dalam perwujudannya dibubuhkan tekstur kasar pada permukaan kanvas untuk menopang visualisasinya. Sedang cara penggambarannya  memilih ungkapan sederhana dengan mengekplorasi garis sebagai unsur dominan dalam pengungkapan gagasan, yang sengaja ditampilkan dalam nuansa sederhana.


 
 “Bermain Layangan”, 60 X 60 Cm, cat minyak di atas kanvas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar