“KOMPOSISI
dengan SOBEKAN GRADASI SIMULTAN”
DALAM
PAMERAN LUKIS DAN PATUNG JAWA TENGAH
25
– 30 April 2010
Di
Galeri Seni Rupa Taman Budaya Jawa Tengah (TBS)
Jl
Ir. Sutami 57 Kentingan Surakarta
PENGANTAR
KARYA SENI
Oleh
:
DRS. AGUS NUR
SETYAWAN, M. HUM.
NIP:
195603121987031001
JURUSAN
SENI RUPA MURNI
FAKULTAS
SASTRA DAN SENI RUPA
DEPARTEMEN
PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS
SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
KATA
PENGANTAR
Tulisan Pengantar Karya Seni ini dibuat sebagai pertanggung-jawaban
akademis penulis sebagai staf pengajar untuk ikut berperan serta aktif dalam pengembangan keprofesian penulis maupun pengembangan pendidikan di Jurusan Seni Rupa Murni, Fakultas
Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Adapun karya
seni dengan judul: “KOMPOSISI dengan SOBEKAN
GRADASI SIMULTAN”, Karya penulis telah dipublikasikan
dalam PAMERAN LUKIS DAN PATUNG JAWA
TENGAH, 25 – 30 April 2010, di Galeri Seni Rupa Taman Budaya Jawa Tengah
(TBS), Jl Ir. Sutami 57 Kentingan, Surakarta.
Terima kasih kepada tim pakar (peer reviewer) Jurusan
Seni Rupa Murni yang telah
memeriksa dan melakukan verifikasi, demikian pula kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam pelaksanaan
Pameran tersebut.
Surakarta, 30 April 2010
Pelaksana
DRS.
AGUS NUR SETYAWAN, M. HUM.
NIP: 195603121987031001
Gagasan Estetis Tema Struktur
Dan Implementasinya Ke Dalam Karya Seni Patung “Komposisi Dengan Sobekan
Gradasi Simultan”
A. Latar Belakang Masalah.
Hakekat
dari kehadiran sebongkah karya patung pada dasarnya adalah perpaduan
kompositoris antara kecekungan dan kecembungan (William Harlan Hale, 1972), yang
diorganisasikan secara komprehensif sehingga mencapai kondisi yang disebut
menyatu (unity). Secara lebih terperinci,
tata kelola organisasi gatra cekung dan cembung itu realitasnya adalah
manifestasi dari unsur-unsurnya yang berupa garis, bidang, barik atau tekstur
dan beberapa unsur lainnya, dengan pendekatan prinsip desain (Ocvirk, 1986).
Batasan
kesepakatan sebagaimana diuraikan di atas, menjadi semacam acuan, darimana
tantangan kreatif menyembul. Tantangan itu muncul dari bahan yang berupa
lembaran atau dua dimensional, dalam hal ini plat baja, bagaimana harus
dikelola sehingga mampu dihadirkan menjadi suatu bentuk yang tiga dimensional,
atau karya patung. Sebagaimana diketahui, menifestasi fenomena seni patung
sebagai bentuk tiga dimensional adalah brsifat absolut. Berangkat dari
pendekatan ini, penulis mengangkat pokok persoalan struktur lembaran yang
dikomposisikan menjadi karya patung, dalam suatu serial penciptaan.
Pada
ranah gaya pengungkapannya, karya bisa dikatan termasuk gaya Minimalisme, yaitu
suatu gerakan seni yang berkaitan dengan
seni rupa (visual art) dan musik yang
mengangkat esensi dari sesuatu bentuk maupun konsep, dengan membuang yang tidak
esensial. Minimalisme dalam dunia seni rupa lebih sering disebut sebagai minimal art, yang secara spesifik
mempreteli unsur-unsurnya yang kemudian disajikan dengan cara yang sangat
personal. Pada umumnya diwujudkan dalam citra abstrak dengan bentuk-bentuk yang
geometrik (http://www.artcyclopedia.com/history/minimalism.html,
diakses 06/05/2012-09.56 am).
Sejalan
dengan batasan di atas, gagasan estetika struktur dalam kaitannya dengan penciptaan
ini berupaya membedah keterbatasan bahan dasar yang menjadi medium utama
penciptaan yang dua dimensional itu (berupa lembaran), ke dalam wujud barunya
yang tiga dimensional. Karya ini merupakan seri keempat dari gagasan penciptaan
yang beritik tolak dari bahan lembaran. Adapun nilai pesan gagasan disajikan
melalui komposisi dari bilah-bilah sobekan yang dilipat secara simultan dalam
ukuran yang gradual mengecil, menyiratkan kesinambungan tanpa akhir dari
struktur sobekan itu.
B.
Rumusan Masalah.
1.
Bagaimana
merumuskan tema struktur sebagai gagasan penciptaan karya patung berjudul
“Komposisi dengan Sobekan Gradasi Simultan”?
2.
Bagaimana
mendeskripsikan visualitas/perwujudan karya patung “Komposisi dengan Sobekan Gradasi Simultan”?
C.
Tujuan Penulisan.
1.
Merumuskan
gagasan penciptaan tema struktur ke dalam karya patung berjudul “Komposisi
dengan Sobekan Gradasi Simultan”.
2.
Mendeskripsikan
implementasi tema struktur dalam visualitas/ perwujudan karya patung berjudul
“Komposisi dengan Sobekan Gradasi
Simultan”.
D. Gagasan
Penciptaan (Implementasi Teoritis).
Secara
konvensional, seni patung didefinisikan sebagai perwujudan atau ungkapan
ekspresi estetis dalam bentuk tiga dimensional. Sedangkan sebuah gejala
visualitas dikatakan tiga dimensi apabila kehadiran bentuknya memiliki
totalitas skala panjang, lebar dan tinggi.
Adapun karakteristik dari bentuk yang berskala panjang, lebar dan tinggi
adalah keberadaan ruang yang nyata adanya. Realitas kedalamann-ruang itu
memungkinkan penghayat untuk mengelilingi karya secara memutar penuh 3600.
Sebagaimana
batasan yang dilontarkan Auguste Rodin, seorang pematung kelahiran Perancis,
menyatakan bahwa keindahan hakiki sebuah karya seni patung pada dasarnya adalah
komposisi dari kecekungan dan kecembungan semata. Dalam bahasa teknis seni
rupa, apa yang disebut kecembungan adalah ruang bervolume yang memiliki
kepejalan massa (masif atau padat), disebut sebagai ruang positif. Sebaliknya,
kecekungan sebagai ruang yang tidak bervolume, alias kosong atau hampa disebut
sebagai ruang negatif.
Bertitik tolak
dari pemahaman di atas, kehadiran sebuah lembaran plat logam yang dua
dimensional itu, dalam pandangan penulis menyajikan sebuah tantangan kreatif,
yang mendorong penulis untuk mampu memecahkan problem estetis dengan
mewujudkannya menjadi sebuah karya seni patung (tiga dimensi) dengan tanpa
menambah atau mengurangi bahan dasarnya. Dan berdasarkan serangkaian percobaan
dan studi yang penulis lakukan, tantangan itu bisa dijawab dengan hanya
melakukan tindakan; mengiris bahan dasar (plat logamnya) untuk kemudian membuat
tekukan hasil irisan itu. Adapun estetika karya dari serial bahan lembaran ini
disajikan melalui upaya penulis dalam menyajikan karakteristik pola irisan dan
tekukannya, sehingga masing-masing karya memilikim keunikan dan kekhasannya
sendiri-sendiri.
1. Deskripsi
(implementasi visual) “Komposisi
dengan Sobekan Gradasi Simultan”
Serial ketiga dari
proses penciptaan dengan pendekatan bahan lembaran, dengan tema struktur,
diungkapkan dalam karya patung berjudul “Komposisi dengan Sobekan Gradasi Simultan”. Judul ini
merepresentasikan suatu sistem yang kontinyu, tak terhingga, yang diekspresikan melalui sobekan bahan
lembaran yang semakin mengecil
(gradual/gradasi), dan secara
imajiner, realitas karya menstimuli gagasan penghayat untuk secara serentak
(simultan) dengan propses penghayatan yang sedang dilakukannya, juga bertindak
kreatif melanjutkan sendiri kreasi sobekan terusannya.
Pencapaian artistik karya seni patung ini didasarkan pada
pemanfaatan bahan dasar berupa plat baja/logam itu secara maksimal, yang
dikerjakan tanpa memerlukan penambahan untuk mencapai target kedalaman-ruang
tiga dimensionalnya. Sama dengan proses penciptaan
pada serial pendekatan bahan lembaran lainnya, pekerjaan diawali dengan
melakukan sejumlah percobaan melalui serangkaian “pencarian” bentuk dengan
membuat sketsa-sketsa. Dengan memakai lembaran-lembaran kertas karton, sketsa
dibuat dengan melakukan sejumlah sobekan dan guntingan serta lipatan-lipatan.
Eksekusi sketsa dihentikan manakala komposisi ideal dirasa telah dicapai. Dalam
pelaksanaannya, penggarapan karya diserahkan kepada seorang ahli untuk
melakukan irisan dan penekukan plat baja. Kemudian melakukan perakitan pada
alas sekaligus pengecatan karya.
Karya
ini bisa dikatakan berbeda dengan karya-karya serial sobekan lembaran lainnya,
yakni pada cara penyajiannya. Bila karya serial 1 dan 2 dihadirkan dalam
kopmposisi tegak dan berdiri bebas, maka karya “Komposisi dengan Sobekan Gradasi Simultan” menempel pada dinding. Cara
penempatan ini sengaja dilakukan untuk mendapatkan efek perhatian pengamat
lebih maksimal, disebabkan karakter bentuk patungnya yang lebih akan terekspose
pada sudut pandang sejajar mata, dari pada harus diletakkan di atas alas yang
mengakibatkan interaksi dengan ruang disekelilingnya yang dirasa kurang
menguntungkan. Dengan cara ini pula, justru diharapkan kehadiran karya akan ‘terangkat’
sehingga mampu menarik perhatian pengamat, atau lebih “eye catching”, karena pada dinding yang sama berjajar sejumlah
lukisan yang kehadirannya
mampu mencolok perhatian karena mengekspose warna. Untuk mengimbangi kekuatan
warna itulah maka kedalaman-ruang
patung atau relief dari karya ini, yang ‘meloncat keluar’ dari bidang datar
alasnya, diharapkan akan mampu tidak hanya mengimbangi kehadiran
lukisan-lukisan di sampingnya, lebih dari itu justru mendominasi.
Daftar Bacaan.
Hale,
William Harlan. The World of Rodin
1840-1917. Nederland. Time-Life International.
1972.
Ocvirck,
Otto, G. at all. Art
fundamental , Theory & Practice. McGraw Hill.
USA,
International Edition.
1998.
“Komposisi
dg Sobekan Gradasi Simultan” 116 X 69 X 38,5 cm plat baja dicat pada papan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar