Senin, 06 Agustus 2012

“PERTEMUAN”



“PERTEMUAN”
DALAM PAMERAN SENI RUPA
ArtXpose 2010
JURUSAN SENI RUPA MURNI FSSR-UNS
5 - 12 JUNI - 2010
Di Galeri Seni Rupa Taman Budaya Jawa Tengah (TBS)
Jl Ir. Sutami 57 Kentingan Surakarta

PENGANTAR KARYA SENI
Oleh :

DRS. AGUS NUR SETYAWAN, M. HUM.
NIP: 195603121987031001

JURUSAN SENI RUPA MURNI
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010

KATA PENGANTAR

          Tulisan Pengantar Karya Seni ini dibuat sebagai pertanggung-jawaban akademis penulis sebagai staf pengajar untuk ikut berperan serta aktif dalam pengembangan keprofesian penulis maupun pengembangan pendidikan di Jurusan Seni Rupa Murni, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.  
        Adapun karya seni dengan judul : PERTEMUAN” , Karya  Drs. Agus Nur Setyawan, M. Hum., telah dipublikasikan dalam Pameran seni rupa Visual Art Expo 2009 Jurusan Seni Rupa Murni FSSR- UNS, di  Galeri Seni Rupa Taman Budaya Jawa Tengah (TBS) Jl Ir. Sutami 57 Kentingan,  Surakarta, Tanggal :  5 - 12 MEI – 2009.
        Terima kasih kepada tim pakar jurusan seni rupa murni (peer reviewer) yang telah memeriksa dan melakukan verifikasi, demikian pula kepada semua pihak yang telah membantu  penulis dalam pelaksanaan Pameran Art Xpose 2010 Jurusan Seni Rupa Murni FSSR-UNS.

Surakarta, 12 JUNI – 2009
                                                                                Pelaksana
DRS. AGUS NUR SETYAWAN, M. HUM.
NIP: 195603121987031001
 

Gagasan Estetis Tema Struktur Dan Implementasinya
Ke Dalam Karya Seni Patung “Pertemuan

A.   Latar Belakang Masalah.
Dalam kehidupan sehari-hari, keberadaan struktur mengejawantah dalam beragam perwujudan, yang pendjelmaannya dengan mudah bisa kita dapati pada beragam gejala (fenomena). Misalnya pada sebuah pohon, pada sebuah sepeda, atau pada tubuh manusia hidup sekalipun, dan bahkan pada keberadaan semesta. Sebagaimana rumusan Kamus Besar Bahasa Indonesia, salah satunya menyebutkan bahwa: struktur merupakan suatu ....susunan atau bangunan (KBBI: 2002, 1092) artinya ia terbentuk berdasarkan kesatuan dari bagian-bagiannya. Sebagai satu kesatuan, keterikatan dan keterhubungan dari bagian-bagiannya itu membentuk totalitas. Sebagai totalitas satu kesatuan yang utuh, struktur merupakan sifat fundamental dari sistem (http://id.wikipedia.org/wiki/struktur).
Struktur sebagai suatu fenomena alamiah yang inheren dan tak terelakkan keberadaannya itu, telah memberi inspirasi sekaligus memotivasi penulis untuk menghayatinya secara lebih mendalam dengan mengangkatnya sebagai titik tolak dan landasan penciptaan. Dalam proyek ini, struktur penulis angkat sebagai pokok persoalan atau tema (subject matter) dalam mengekspresikan gagasan-gagasan estetis penulis dalam bentuk serial komposisi kerya seni tiga dimensional, atau seni patung, dengan memanfaatkan pendekatan teknis pahat (subtractive) (Rich, 1947).
Adapun tantangan kreatif dari tema struktur dalam serial komposisi dengan medium karya berupa lembaran plat logam ini adalah; bagaimana mengembangkan keterbatasan bahan yang hanya berdimensi dua (berskala panjang dan lebar) dapat dihadirkan menjadi sebuah karya seni (patung) yang notabene menuntut kehadirannya dalam skala 3 dimensi (panjang X lebar X tinggi).  Karya seni patung sebagai fenomena bentuk (form) yang tiga dimensional itu memiliki karakteristik kedalaman ruang yang nyata, dan berdasarkan keberadaannya itu memungkinkan penghayat karya seni patung untuk mengelilingi objek karya secara penuh (3600), dan bila terdapat kehadiran celah-celah rongga pada objeknya, memungkinkan penghayat untuk menjelejahi kedalaman celah dan rongga itu secara nyata pula.

B.   Rumusan Masalah.
  1.   Bagaimana merumuskan tema struktur sebagai gagasan penciptaan karya patung berjudul “Pertemuan”?
 2.Bagaimana mendeskripsikan visualitas/perwujudan karya patung “Pertemuan”?
C.   Tujuan Penulisan.
  1.   Merumuskan gagasan penciptaan tema struktur ke dalam karya patung berjudul “Pertemuan”.
  2.   Mendeskripsikan implementasi tema struktur dalam visualitas/ perwujudan karya patung berjudul “Pertemuan”.
 

  D.  Gagasan Penciptaan (implementasi teoritis).

Problem estetis dari kehadiran sebuah karya seni patung adalah; bagaimana menyajikan sebuah komposisi perupaan, atau mengorganisasikan sejumlah elemen perupaan, seperti garis, bidang, kemudian tekstur dan juga warna dalam wujud tiga dimensional, sehingga mampu membentuk sebuah kesatuan yang utuh yang menyajikan aspek kedalaman komposisi keruangan secara nyata, sebagai sebuah entitas ekspresi estetis penciptanya.
Auguste Rodin, seorang pematung kelahiran Perancis yang disebut sebagai bapak seni patung moderen, menyatakan bahwa keindahan hakiki sebuah karya seni patung pada dasarnya adalah komposisi dari kecekungan dan kecembungan semata (Hale, 1947). Dalam bahasa teknis seni rupa, apa yang disebut kecembungan adalah ruang bervolume yang memiliki kepejalan massa (masif atau padat), disebut sebagai ruang positif. Sebaliknya, kecekungan sebagai ruang yang tidak bervolume, alias kosong atau hampa disebut sebagai ruang negatif.
Adapun karakteristik citra simbolis dalam karya patung berjudul “Pertemuan” ini penulis hadirkan dalam susunan bentuk-bentuk melingkar, yang diorganisasikar berdasarkan keseimbangan dan keselarasan yang proporsional antar unsur-unsur; garis, bidang, serta tekstur dan warna alamiah bahan. Ketika bentuk-bentuk melingkar tersebut kemudian pada satu titik saling bertemu, akan membentuk celah-celah yang mencitrakan bentuk tertentu, sebagai akibat dari aspek kebentukan kombinasi dirinya sendiri. Pada momen inilah dimana ruang positif saling bertemu menciptakan ruang-ruang negatif, yang totalitas keseluruhannya menyajikan sebuah komposisi estetik dari indahnya visualitas simbolisasi “pertemuan

E.   Deskripsi (implementasi visual) Karya Patung “PERTEMUAN”
         Karya di bawah judul “Pertemuan” merupakan karya tiga dimensional atau patung. Karaktersitik bentuk dasar citra visualitasnya memiliki kesamaan dengan unsur bentuk pada karya patung berjudul “Problem Ganda”, ataupun  “Struktur Melingkar 1” yang berbahan kayu, karena eksplorasi penjelajahan bentuknya masih mengangkat persoalan proporsionalitas antara ruang positif dan ruang negatif sebagai suatu komposisi.
          Dalam proses penggarapannya, juga sama dengan proses penciptaan karya “Problem Ganda” ataupun karya “Struktur Melingkar 1”, yaitu bentuk muncul bersamaan dengan terkikisnya  bahan karena tetakan mata pahat. Semakin berjalan proses pemahatan berlangsung, maka semakin muncul bentuk yang diinginkan hadir. Adapun proses psikologis yang berlangsung bisa dijelaskan atau disederhanakan sebagai berikut: meskipun bentuk dari karya  patung yang hendak dibuat belum ada, akan tetapi sebenarnya seniman telah memiliki suatu karakter bentuk dasar tertentu, yang menjadi acuan dalam berkarya. Bentuk dasar tersebut boleh dikata sangat fleksibel, baik dalam ukuran maupun raut bidangnya. Karena ia masih berada dalam angan-angan atau gagasan pencipta. Dan seiring berjalannya proses penggarapan, maka lambat laun bentuk menemukan wujud kongkritnya, dibantu dengan terkikis dan terbuangnya volume material yang terpahat.      Penggarapan karya patung dengan pendekatan langsung semacam ini memberikan kepuasan tersendiri bagi seniman, karena munculnya semacam “kejutan” selama proses penggarapan berlangsung. Dengan kata lain, sesungguhnya bentuk akhir dari karya patung yang dikerjakan belumlah diketahui selama proses penggarapan masih berlangsung.
         Karya patung “Pertemuan” dikerjakan di atas bahan batu marmer dari Bayat, Klaten berwarna putih susu, dengan variasi sejumlah guratan sebagai serat marmer. Pengerjaan dilakukan dengan tyeknik pahat, disentuh dengan finishing halus, terakhir dipoles dengan semir netral.
          Karya patung berjudul “Pertemuan” hadir sebagai ungkapan indahnya pertemuan yang dimanifestasikan ke dalam bentuk interaksi  antara unsur-unsur bentuk karya, yang saling bersambungan satu dengan lainnya. Beberapa bentuk lainnya yang menyembul, tetapi tetap dalam keterhubungan yang terjaga, memperkuat manifestasi  interaktif dalam suatu persitiwa pertemuan, yang mengejawantahkan struktur dengan komponen utama dua ego yang menghablur satu dengan lainnya.

Daftar Bacaan.
Hale, William Harlan. The World of Rodin 1840-1917. Nederland.    Time-Life      
             International. 1972.
http://id.wikipedia.org/wiki/struktur
Kamus Besar Bahas Indonesia. Edisi ketiga. Departemen Pendidikan          
            Nasional. Balai Pustaka. Jakarta, 2002.
 Rich, Jack C., The Material and Methods of Sculpture. New York. Oxford  
            Universiy    Press. 1947.


   Gb. “Pertemuan” 28 X 24 X 16 cm, pahatan batu marmer.


Gb. “Pertemuan”pahatan batu marmer dari sudut pandang yang lain.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar