“KOMPOSISI STRUKTUR #7”
DALAM PAMERAN SENI RUPA 2011
17 – 23 Juni 2011
Di Galeri Seni Rupa, Taman Budaya Jawa
Tengah
Jl. Jl. Ir. Sutami 57, Surakarta
PENGANTAR KARYA SENI
Oleh
:
DRS. AGUS NUR
SETYAWAN, M. HUM.
NIP:
195603121987031001
JURUSAN
SENI RUPA MURNI
FAKULTAS
SASTRA DAN SENI RUPA
DEPARTEMEN
PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS
SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
KATA
PENGANTAR
Tulisan Pengantar Karya Seni ini dibuat sebagai
pertanggung-jawaban akademis penulis sebagai staf pengajar untuk ikut berperan
serta aktif dalam pengembangan keprofesian penulis maupun pengembangan
pendidikan di Jurusan Seni Rupa Murni, Fakultas Sastra dan Seni Rupa,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Adapun karya seni dengan judul:
“KOMPOSISI TRUKTUR #7”,
Karya penulis telah dipublikasikan
dalam PAMERAN SENI RUPA 2011, 17 – 23
Juni 2011 Di Galeri Seni Rupa, Taman Budaya Jawa Tengah, Jl. Jl. Ir. Sutami 57,
Surakarta.
Terima kasih kepada
tim pakar jurusan seni rupa murni (peer
reviewer) yang telah memeriksa dan melakukan verifikasi, demikian pula
kepada semua pihak yang telah membantu
penulis dalam keterlibatannya pada Pameran tersebut.
Surakarta, 21 Juni 2011
Pelaksana
DRS. AGUS NUR SETYAWAN, M. HUM.
NIP:
195603121987031001
Gagasan Estetis Tema Struktur Dan
Implementasinya
Dalam Karya Drawing “Komposisi
Struktur #7”
A. Latar Belakang Masalah.
Warna hitam-putih, dalam wacana perupaan dipahami sebagai perwujudan
kontras yang paling tinggi. Sementara fenomena warna-warni yang selama ini
memprovokasi sensor optik kita, merupakan pendar-pendar spektrum cahaya yang
membias setelah terpantulkan oleh objek benda yang dikenainya. Sebagai elemen
dasar perupaan, warna hitam tinta yang ditorehkan di atas hamparan bidang gambar
putih, akan memberikan sensasi optis yang artistik, dalam kaitannya sebagai
medium ekspresi seni. Sejalan dengan pemikiran di atas, melalui karya ini
penulis terdorong untuk mengolah
kekuatan warna kontras ini sebagai komponen penciptaan yang dipadukan
dengan gagasan penciptaan berdasar tema pokok “struktur”.
Untuk mengungkap gagasan penciptaan itu, dipilih medium berekspresi dalam
bentuk gambar, atau lebih populer disebut drawing
yang lebih mengandalkan aspek kekuatan garis melalui pendekatan coretan
spontan. Karya drawing sebagai salah
satu medium berekspresi (wahana penciptaan) secara dua dimensional, dibanding
medium lainnya, seperti lukis, fotografi ataupun sketsa, memiliki keunikan dan
kekuatan tersendiri dengan karakteristiknya yang khas. Nyaris mirip dengan
karya sketsa, karya drawing
dihasillkan melalui pendekatan pemanfaatan kekuatan unsur garis yang ditorehkan
langsung di atas bidang gambar. Aspek spontanitas goresan menandai ciri dan
karakteristik penciptaan drawing yang
hasil akhirnya selesai sebagai sebuah karya gambar. Artinya sebuah gambar yang
berdiri sendiri secara otonom sebagai karya ungkapan ekspresi senimannya.
Agak berbeda dengan sketsa yang salah satu pengertiannya mengatakan;
sketsa adalah sebuah rancangan kasar dari suatu gagasan. Sebagai suatu
rancangan kasar, kedudukan sketsa lebih merupakan realisasi awal dari sebuah
gagasan yang masih memerlukan proses panjang lahirnya sebuah ungkapan hingga
menemukan ketuntasan bentuknya.
B.
Rumusan Masalah.
1.
Bagaimana
merumuskan tema struktur sebagai gagasan penciptaan karya drawing berjudul “Kompolsis
Struktur #7”?
2.
Bagaimana
mendeskripsikan visualitas/perwujudan karya drawing “Komposisi Struktur #7”?
C.
Tujuan Penulisan.
1.
Merumuskan
gagasan penciptaan tema struktur ke dalam karya drawing berjudul “Komposis
Struktur #7”.
2.
Mendeskripsikan
implementasi tema struktur dalam visualitas/ perwujudan karya drawing berjudul
“Komplosisi Struktur #7”.
D. Gagasan
Penciptaan (Implementasi Teoritis).
Sifat
kontras dari gejala rupa hitam-putih bagaimanapun juga menjadi daya tarik sekaligus
sumber inspirasi yang tak habis untuk diungkapkan. Estetika garis-garis spontan
yang menorehkan jejak-jejak dan sisa tarikan tinta hitam di atas taferil putih,
adalah dua komponen berbeda yang kemudian membentuk satu kesatuan struktural
dari gagasan penciptaan karya drawing
berjudul “Komposisi Struktur #7”.
Sebagai sebuah karya drawing, maka garis menjadi elemen utama dalam penciptaan ini.
Dalam implementasinya kelak, garis diekploitasi dalam bentuk susunan berulang,
yang dijaga aspek kebentukannya melalui
komposisi perulangan vertikal, sehingga jejak-jejak yang ditinggalkan garis
membentuk semacam “garis” baru sebagai akibat dari terbentuknya bidang (shape). Sebagaimana dirumuskan oleh
Wucius Wong, secara konseptual, garis disamping dipahami sebagai jejak dari
tarikan sebuah titik, juga merupakan penjelmaan
dari keberadaan sebuah bidang yang muncul sebagai batas luar atau garis luar (contour) dari bidang tersebut (Wucius
Wong, 1972).
Dalam pelaksanaannya, bidang yang terbentuk sebagai
akibat dari torehan perulangan garis tersebut, konfigurasi penempatannya pada
bidang gambar diatur sedemikian rupa, dengan mendasarkan diri pada kaidah
pengkomposisian yang dikenal sebagai prinsip desain (design principles), sebagaimana dirumuskan oleh Ocvirk dan
kawan-kawan (Art Fundamental, Theory and
Practise, 1998) demikian juga diuraikan oleh Feldman (Varieties
of Visual Experience, 1967).
Yakni pendekatan prinsip keselarasan dan kesetimbangan visualitas dari hasil
torehan, dalam upaya menghadirkan sensasi visual komposisi yang terbentuk dari
keterhubungan antara garis-garis hitam (sebagai ruang positif) dan aspek
kekosongan ruang (sebagai ruang negatif) dalam suatu kontruksi struktur hitam
putih, yang ditandai dengan judul “Komposisi Struktur #7”.
E. Deskripsi (implementasi
visual) Karya
Patung “Komposisi Struktur #7”
Dalam praksisnya, tema struktur sebagai pokok persoalan yang diangkat
coba diterjemahkan secara visual melalui ekspresi goresan garis-garis spontan
yang pembentukannya diperhitungkan secara estetis dengan jejak ruang positif
dan negatif yang ditinggalkannya di atas taferil. Dengan mengandalkan aspek perulangan garis yang
disusun secara vertikal, dalam konfigurasi dramatis yang dikorelasikan dengan
bidang-bidang putih kertas sisa ruang negatifnya, menjadi kekuatan utama dari
gagasan komposisi dua dimensional ini. Perulangan garis-garis horisontal yang
ditorehkan secara terkendali, sehingga jejak yang ditinggalkan tarikan itu
membentuk
bidang, di mana citra bidang dari perulangan garis itu membentuk garis baru
sebagai jelmaan ‘batas bidang’ yang terbentuk.
Garis yang terbentuk sebagai batas bidang itu secara tegas hanya tampak
pada salah satu sisi bidang saja, sementara sisi bidang lainnya hadir dalam
citraan yang mengungkapkann sisi ekspresif cara menarik garisnya. Dari sana
muncul kontras baru antara sisi bidang yang membentuk garis tegas (katakanlah
berkarakter geometris), dan pada sisi lainnya memiliki ciri ekspresif
biomorpik. Muncul citra yang nyaris sama dalam karakter dan mengisi bidang
gambar lainnya, kemudian membentuk ‘sesuatu’ (meminjam istilah dalam lagunya
Syahrini) yang artistik. Selanjutnya noda-noda spot ditorehkan secara terjaga
untuk mengisi celah-celah di antara ruang-ruang yang tercipta di antara citraan
yang telah terbentuk, semakin memberikan karakter dan kekuatan dari struktur
yang terbentuk melalui kehadiran warna garis-garis hitam itu.
DAFTAR BACAAN
Feldman, Edmund Burke, Varieties of Visual Experience,
Basic Edition, New
York: Harry N. Abrams Inc., Basic Edition, 1967.
Ovirck, Otto, G. at
all, Art fundamental , Theory & Practice, , McGraw Hill,
USA, International Edition, 1998.
Wong, Wucius, Principle of Two Dimentional Design, Van Nostran Reinhold
Company, Inc.,
New York, 1972, (terj, Ajat Sakri):
Beberapa Azas
Merancang Dwimatra,
Bandung, ITB, 1986.
Komposisi Struktur #7 tinta ballpoint di atas kertas kuarto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar