Senin, 06 Agustus 2012

“KOMPOSISI STRUKTUR #7”



“KOMPOSISI STRUKTUR #7”
DALAM PAMERAN SENI RUPA 2011
17 – 23 Juni 2011
Di Galeri Seni Rupa, Taman Budaya Jawa Tengah
Jl. Jl. Ir. Sutami 57, Surakarta

PENGANTAR KARYA SENI
Oleh :

DRS. AGUS NUR SETYAWAN, M. HUM.
NIP: 195603121987031001

JURUSAN SENI RUPA MURNI
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011


KATA PENGANTAR

Tulisan Pengantar Karya Seni ini dibuat sebagai pertanggung-jawaban akademis penulis sebagai staf pengajar untuk ikut berperan serta aktif dalam pengembangan keprofesian penulis maupun pengembangan pendidikan di Jurusan Seni Rupa Murni, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.  Adapun karya seni dengan judul: “KOMPOSISI TRUKTUR #7”, Karya   penulis telah dipublikasikan dalam PAMERAN SENI RUPA 2011, 17 – 23 Juni 2011 Di Galeri Seni Rupa, Taman Budaya Jawa Tengah, Jl. Jl. Ir. Sutami 57, Surakarta.
          Terima kasih kepada tim pakar jurusan seni rupa murni (peer reviewer) yang telah memeriksa dan melakukan verifikasi, demikian pula kepada semua pihak yang telah membantu  penulis dalam keterlibatannya pada Pameran tersebut.

Surakarta, 21 Juni 2011
                                                                                Pelaksana
                                                    DRS. AGUS NUR SETYAWAN, M. HUM.
NIP: 195603121987031001


Gagasan Estetis Tema Struktur Dan Implementasinya
Dalam Karya Drawing “Komposisi Struktur #7”

A.   Latar Belakang Masalah.
Warna hitam-putih, dalam wacana perupaan dipahami sebagai perwujudan kontras yang paling tinggi. Sementara fenomena warna-warni yang selama ini memprovokasi sensor optik kita, merupakan pendar-pendar spektrum cahaya yang membias setelah terpantulkan oleh objek benda yang dikenainya. Sebagai elemen dasar perupaan, warna hitam tinta yang ditorehkan di atas hamparan bidang gambar putih, akan memberikan sensasi optis yang artistik, dalam kaitannya sebagai medium ekspresi seni. Sejalan dengan pemikiran di atas, melalui karya ini penulis terdorong untuk mengolah  kekuatan warna kontras ini sebagai komponen penciptaan yang dipadukan dengan gagasan penciptaan berdasar tema pokok “struktur”.
Untuk mengungkap gagasan penciptaan itu, dipilih medium berekspresi dalam bentuk gambar, atau lebih populer disebut drawing yang lebih mengandalkan aspek kekuatan garis melalui pendekatan coretan spontan. Karya drawing sebagai salah satu medium berekspresi (wahana penciptaan) secara dua dimensional, dibanding medium lainnya, seperti lukis, fotografi ataupun sketsa, memiliki keunikan dan kekuatan tersendiri dengan karakteristiknya yang khas. Nyaris mirip dengan karya sketsa, karya drawing dihasillkan melalui pendekatan pemanfaatan kekuatan unsur garis yang ditorehkan langsung di atas bidang gambar. Aspek spontanitas goresan menandai ciri dan karakteristik penciptaan drawing yang hasil akhirnya selesai sebagai sebuah karya gambar. Artinya sebuah gambar yang berdiri sendiri secara otonom sebagai karya ungkapan ekspresi senimannya.
Agak berbeda dengan sketsa yang salah satu pengertiannya mengatakan; sketsa adalah sebuah rancangan kasar dari suatu gagasan. Sebagai suatu rancangan kasar, kedudukan sketsa lebih merupakan realisasi awal dari sebuah gagasan yang masih memerlukan proses panjang lahirnya sebuah ungkapan hingga menemukan ketuntasan bentuknya.
B.   Rumusan Masalah.
1.   Bagaimana merumuskan tema struktur sebagai gagasan penciptaan karya drawing berjudul “Kompolsis Struktur #7”?
2.   Bagaimana mendeskripsikan visualitas/perwujudan karya drawing  “Komposisi Struktur #7”?
C.   Tujuan Penulisan.
1.   Merumuskan gagasan penciptaan tema struktur ke dalam karya drawing berjudul “Komposis Struktur #7”.
2.   Mendeskripsikan implementasi tema struktur dalam visualitas/ perwujudan karya drawing berjudul “Komplosisi Struktur #7”.

D.  Gagasan Penciptaan (Implementasi Teoritis).
Sifat kontras dari gejala rupa hitam-putih bagaimanapun juga menjadi daya tarik sekaligus sumber inspirasi yang tak habis untuk diungkapkan. Estetika garis-garis spontan yang menorehkan jejak-jejak dan sisa tarikan tinta hitam di atas taferil putih, adalah dua komponen berbeda yang kemudian membentuk satu kesatuan struktural dari gagasan penciptaan karya drawing berjudul “Komposisi Struktur #7”.
Sebagai sebuah karya drawing, maka garis menjadi elemen utama dalam penciptaan ini. Dalam implementasinya kelak, garis diekploitasi dalam bentuk susunan berulang, yang dijaga aspek kebentukannya  melalui komposisi perulangan vertikal, sehingga jejak-jejak yang ditinggalkan garis membentuk semacam “garis” baru sebagai akibat dari terbentuknya bidang (shape). Sebagaimana dirumuskan oleh Wucius Wong, secara konseptual, garis disamping dipahami sebagai jejak dari tarikan sebuah titik,  juga merupakan penjelmaan dari keberadaan sebuah bidang yang muncul sebagai batas luar atau garis luar (contour) dari bidang tersebut (Wucius Wong, 1972).
Dalam pelaksanaannya, bidang yang terbentuk sebagai akibat dari torehan perulangan garis tersebut, konfigurasi penempatannya pada bidang gambar diatur sedemikian rupa, dengan mendasarkan diri pada kaidah pengkomposisian yang dikenal sebagai prinsip desain (design principles), sebagaimana dirumuskan oleh Ocvirk dan kawan-kawan (Art Fundamental, Theory and Practise, 1998) demikian juga diuraikan oleh Feldman (Varieties of Visual Experience, 1967). Yakni pendekatan prinsip keselarasan dan kesetimbangan visualitas dari hasil torehan, dalam upaya menghadirkan sensasi visual komposisi yang terbentuk dari keterhubungan antara garis-garis hitam (sebagai ruang positif) dan aspek kekosongan ruang (sebagai ruang negatif) dalam suatu kontruksi struktur hitam putih, yang ditandai dengan judul “Komposisi Struktur #7”.

E.   Deskripsi (implementasi visual) Karya Patung “Komposisi Struktur #7
Dalam praksisnya, tema struktur sebagai pokok persoalan yang diangkat coba diterjemahkan secara visual melalui ekspresi goresan garis-garis spontan yang pembentukannya diperhitungkan secara estetis dengan jejak ruang positif dan negatif yang ditinggalkannya di atas taferil. Dengan mengandalkan aspek perulangan garis yang disusun secara vertikal, dalam konfigurasi dramatis yang dikorelasikan dengan bidang-bidang putih kertas sisa ruang negatifnya, menjadi kekuatan utama dari gagasan komposisi dua dimensional ini. Perulangan garis-garis horisontal yang ditorehkan secara terkendali, sehingga jejak yang ditinggalkan tarikan itu membentuk bidang, di mana citra bidang dari perulangan garis itu membentuk garis baru sebagai jelmaan ‘batas bidang’ yang terbentuk.
Garis yang terbentuk sebagai batas bidang itu secara tegas hanya tampak pada salah satu sisi bidang saja, sementara sisi bidang lainnya hadir dalam citraan yang mengungkapkann sisi ekspresif cara menarik garisnya. Dari sana muncul kontras baru antara sisi bidang yang membentuk garis tegas (katakanlah berkarakter geometris), dan pada sisi lainnya memiliki ciri ekspresif biomorpik. Muncul citra yang nyaris sama dalam karakter dan mengisi bidang gambar lainnya, kemudian membentuk ‘sesuatu’ (meminjam istilah dalam lagunya Syahrini) yang artistik. Selanjutnya noda-noda spot ditorehkan secara terjaga untuk mengisi celah-celah di antara ruang-ruang yang tercipta di antara citraan yang telah terbentuk, semakin memberikan karakter dan kekuatan dari struktur yang terbentuk melalui kehadiran warna garis-garis hitam itu.
DAFTAR BACAAN
Feldman, Edmund Burke, Varieties of Visual Experience, Basic Edition, New       
             York: Harry N. Abrams Inc., Basic Edition, 1967.

Ovirck, Otto, G. at all, Art fundamental , Theory  & Practice, , McGraw Hill,         
             USA, International Edition, 1998.
Wong, Wucius, Principle of Two Dimentional Design, Van Nostran Reinhold        
            Company, Inc., New     York, 1972, (terj, Ajat Sakri): Beberapa Azas         
            Merancang Dwimatra,  Bandung, ITB, 1986.

 
Komposisi Struktur #7 tinta ballpoint di atas kertas kuarto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar